Shalom, saudara-saudara !
Kasih adalah jantung dari Torah, dan itu harus juga menjadi jantung dari setiap pernyataan iman yang benar. Namun, perjalanannya kasih sebagai sebuah kelompok yang mendapat tantangan, dan dari pengalaman, kami telah menemukannya yang dapat menolong untuk meringkaskan iman kita dengan singkat dan jelas, sehingga orang-orang dapat mengetahui apakah mau atau tidak mau untuk disatukan, atau bergabung dengan kami untuk bersekutu.
Anda dapat menggabungkan dan bersekutu dengan Nasrani/Nazarene Israel tanpa persetujuan dengan segala hal yang ada dalam pernyataan iman kita (halachah), asalkan anda memenuhi minimum empat dari Kisah Para Rasul 15, dan tidak berperilaku dengan cara yang menyakitkan. Sementara halachah ini adalah hasil dari penelitian tahunan dari belajar dan usaha, kita bukan Elohim, tetapi pemahaman kita bisa berubah sebagai Elohim (Tuhan) yang meneruskan untuk membantu kita belajar dan bertumbuh. Jika anda melihat sesuatu hal yang perlu diubah, silahkan hubungi kami, karena kami selalu mencari cara untuk meningkatkan halachah kami, dan membuatnya lebih baik.
I. Ma’aseh [Kisah Para Rasul] 15 dan Persyaratan Minimum Masuk Berjemaah.
Persekutuan berjemaah adalah semacam “tempat kudus,” atau “surga yang aman” dari dunia. Keluarga-keluarga yang perlu tempat untuk dapat saling mengasihi dimana mereka semua bisa saling mendukung, dan anak-anak mereka dapat bertumbuh dengan aman, dengan orang lain dari iman kita. Dalam istilah praktis, satu-satunya cara untuk melakukan hal tersebut ialah melarang masuk mereka yang memiliki roh-roh berbahaya, dan mereka yang melakukan hal-hal yang tidak benar. Supaya hal itu dapat diproses dengan tertib, dan harus ada peraturan-peraturan, untungnya, Kitab Suci sudah menyediakannya.
Dalam Kisah Para Rasul 15, Ya’aqob (Yakobus) menilai bahwa mereka dari orang lain [kafir] yang mau beralih (kembali) kepada Elohim dari bangsa-bangsa luar bisa datang berjemaah untuk bersekutuan, jika mereka mau tetapi harus menjauhkan diri dari empat dasar perilaku yang membahayakan suasana “tempat yang aman”
Ma’aseh (Kisah Para Rasul) 15: 19-21
19 ‘‘Karena itu aku menilai bahwa kita seharusnya tidak menyulitkan mereka di antara bangsa-bangsa asing (gentiles) yang akan kembali ke Elohim,
20 tetapi sebaiknya kita menulis kepada mereka untuk menjauhkan diri dari pencemaran-pencemaran berhala, dan dari melacur, dan dari apa yang tercekek, dan dari darah.
21 ‘’Karena dari generasi-generasi zaman dahulu Mosheh mempunyai, di setiap kota, mereka menyatakannya yang dibacakan dalam persekutuan-persekutuan setiap Shabbath.’’
Dalam konteks, Ya’aqob tampaknya mengatakan bahwa mereka yang memiliki Roh Yeshua dapat datang beribadah bilamana mereka mau menjauhkan diri dari empat kekejian yang Yahweh melarang semuanya melalui Kitab Suci:
- Penyembahan Berhala (yaitu Perzinahan Rohani)
- Amoralitas Sexsual (Termasuk Perceraian Salah)
- Binatang yang Tercekik (Najis) daging
- Darah
Dalam konteks, keempat pra-syarat itu bukan berarti “tempat pemberhentian yang aman.” Sekali ia datang ke persekutuan, jalannya untuk belajar dan pertumbuhan baru dimulai. Dalam konteks itu, juga tersirat bahwa ia akan mendukung dan mematuhi pimpinan pelayanan persekutuan, sehingga ketertiban yang pantas dapat dipelihara.
Suatu diskusi yang lebih rinci tentang hal-hal ini dapat ditemukan pada “Kesatuan Melalui Kisah Para Rasul 15.” Namun, bahkan jika kita mengambil empat pra-syarat yang berdasarkan nilai reputasi mereka, kita masih harus mendefinisikan mereka. Nazarene/Nasrani Israel mendefinisikan empat hal lebih lunak bagi orang percaya baru, dan lebih ketat bagi para pemimpin dan guru, sebagai pemimpin dan guru yang diadakan untuk standar yang lebih tinggi.
A. Keberhalaan
Bagi yang baru mulai, “tinggalkanlah dan buanlah patung-patung dan berhala-hala.” Jangan membawa berhala-berhala emas sekecil apapun dalam persekutuan, dan mengajar orang lain untuk menyembahnya. Datang saja ke persekutuan, dan mempelajari apa yang Firman Yahweh katakan, dan belajarlah dari orang lain dalam persekutuan.
Bagi para pemimpin dan guru, penyembahan berhala adalah suatu perzinahan rohani. Bahwa, penyembahan berhala yaitu bilamana kita mengambil fokus keluar dari Elohim yang tidak kelihatan, dan memberi tempat untuk roh-roh lain, seperti manusia/seseorang, tempat, atau hal yang alin. yang kita tunjukan dalam pelayanan, Yahweh mempertimbangkan “beribadah” atau “pelayanan” adalah sebagai memberikan waktu, tenaga, energi atau perhatian untuk setiap objek, simbol, pemikiran, konsep atau sesuatu, dan DIA sangat sedih ketika kita menempatkan perhatian kita pada sesuatu hal yang DIA tidak pernah perintahkan. Begitu juga, bagi para pemimpin dan guru, mengajarkan bahwa Yeshua bukanlah Elohim, atau mengajar bertentangan tentang kelahiran-Nya, yang menganggap penyembahan berhala (Yochanan 10:30, Yochanan 3:18, dll).
Dalam arti paling murni, penyembahan berhala adalah termasuk segala penyimpangan penyembahan dari yang diperintahkan di dalam Kitab Suci. Para pemimpin dan guru seharusnya tidak terus mengajar tentang Natal, Easter [Minggu Paskah], Penyembahan Minggu, atau hari libur lainnya yang tidak sesuai dengan Kitab Suci yang sudah diperintahkan (termasuk ulang tahun dan Thanksgiving). Namun, para pemimpin yang tersebar membutuhkan untuk dengan lembut dan penuh kasih dalam pendekatan terhadap mereka dalam topik ini, karena hanya dengan membawa orang masuk dalam persekutuan dimana mereka dapat diajarkan akan kebenaran.
Kita seharusnya tidak mengeluarkan orang untuk berpartisipasi dalam hal jenis-jenis ini dari perayaan-perayaan “semi-Kristen”, selama mereka tidak berusaha untuk memimpin orang lain jauh dari ibadah yang sejati. Namun, jika jemaah apapun harus mempraktekan atau mempromosikan terang-terangan tentang Satanic, Wiccan atau hari perayaan berhala (seperti musim semi dan musim gugur Equinoxes, musim dingin dan musim panas titik balik matahari, pengorbanan kehidupan manusia dari Imbolc, Moloch, dll), kepemimpinan harus diam-diam membuat janji dengan individu itu, dan meminta dengan lembut tetapi tegas untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan keanggotaannya.
Yahweh memberi hak simbol agama tertentu dan gambar/patung yang akan dipajang di Bait Suci-Nya atau tabernakel. Namun, hal ini patut dipertanyakan apakah atau tidakah kita harus membuat salinan dari hal-hal ini, serta menaruhnya di rumah kita, atau dalam persekutuan-persekutuan kita. Puritan [orang yang mempertahankan kemurnian bahasa] mungkin ingin menghindarinya dan semua gambar/patung-patung sama sekali, karena penyembahan patung merupakan bagian integral dari Setanisme, paganisme dan Wicca (sihir). Tujuan Setan menangkap kita untuk mengambil fokus kita dari Sang Pencipta, dan memasukkannya ke benda-benda buatan. (Yudaisme menganggap bahwa bait suci telah menjadi idola pada zaman Yeremia.)
Kepemimpinan didorong untuk menghindari gambar/patung kepercayaan apapun, Yahweh tidak memerintahkan kita untuk menampilkan (dan di mana saja Yahweh tidak memerintahkan kita untuk menempatkannya). Puritan menjauhkan diri dari gambar/patung dengan makna simbolis seperti Salib/Palang (simbol dewa matahari Tammuz), Bintang Daud (heksagram / Bintang Remphan / Kiyyun), Menorah-ikan (Dagon / Kiyyun), Tangan Hamsa (Kabbalah mata ditangan yang dapat melihat semua) dan lain-lain. Puritan mengatakan bahwa ini mengalihkan perhatian kita dari fokus kepada Elohim kita yang tidak kelihatan.
Gambar/patung yang bukan religious seperti skema/bagan, diagram kawat, video pendidikan, film anak-anak, dan sebagainya, tidak menjadi masalah, karena itu bukan untuk minta perasaan hormat, pujian, dan disembah. Mereka hanya menyampaikan informasi. Namun, lihatlah sekeliling rumah teman, dan lihat apakah gambar/patung atau sesuatu benda yang mereka pajangkan di dinding mereka tidakah menunjukkan apa yang hati mereka sayangi. Apakah hal-hal ini berhubungan dengan melayani Yahweh dan umat-Nya? Atau apakah mereka terkait dengan aktivitas-aktivitas dan kegiatan-kegiatan di dunia?
Banyak bani Ephraim yang keluar dari sistem gereja, di mana pemahatan berhala kepercayaan yang lazim atau sering ditampilkan, dan perayaan-perayaan berhala keagamaan secara rutin diselidiki. Saudara-saudara Yahudi kita juga sering/lazim menampilkan gambar/benda-benda dan simbol-simbol kepercayaan/agama. Hal ini juga kadang-kadang dikatakan bahwa Yudaisme lazim mengagungkan benda-benda fisik (seperti Torah gulungan) sementara DIA yang telah memberi pada mereka; dan bahwa ini juga mengalihkan perhatian kita untuk mengalihkan fokus seseorang dari Elohim kita yang tidak kelihatan. Hal ini bukan kebijaksanaan Nazarene Yisra’el untuk menghakimi setiap orang menampilkan gambar/patung kepercayaan dengan diam-diam di rumah yang tersebar tersebut. Hal ini juga bukan kebijaksanaan Nazarene Yisra’el ke polisi untuk ke rumah-rumah penduduk. Namun, itu adalah tugas Nazarene Yisra’el untuk membantu mendidik orang-orang seperti apa yang dikatakan Torah, dan untuk membantu mereka bertumbuh kepada sikap hati yang ingin mematuhi semua Torah Yahweh dengan bersungguh-sungguh, keluar untuk menikmati Kasih-Nya. Karena itu, para pemimpin dan guru didorong untuk memelihara tempat-tempat persekutuan mereka bebas dari semua gambar/patung yang tidak perlu, agar tidak melanggar Hukum Pertama atau Hukum Kedua.
B. Pelanggaran Susila Sex.
Pernikahan yang ideal dari Yahweh adalah bahwa seorang pria menikahi seorang seorang wanita, dan persatuan ini berlangsung selama hidup (misalnya, Matius 19: 8-12). Kedua belah pihak harus saling mencintai setidaknya seperti mencintai diri sendiri (setidaknya begitu). Torah juga jelas bahwa hanya satu-satunya tempat yang tepat untuk mengekspresikan seksualitas dalam batas-batas yang penuh kasih, pernikahan itu diberikan. Perpaduan pernikahan idealnya harus monogami, dan berlangsung selama kedua pasangan itu hidup. Ini adalah aturan umum bagi sebagian besar dari semua orang Yisra’el. Namun, ada beberapa perkecualian yang sah, yang akan kami jelaskan di bawah ini.
Yahweh memang memanggil beberapa orang untuk membujang, dan hal ini adalah pilihan yang sah untuk menikah (Matius 19: 8-12). Namun, ini perkecualian, bukan aturan. Nazarene Yisra’el hanya menganjurkan tidak menikah bagi mereka yang percaya bahwa Yahweh memanggil mereka demikian.
Yahweh hanya memerintahkan poligami (sering disebut poligami) bilamana saudaranya hidup bersama, dan salah satu saudaranyameninggal tanpa ahli waris laki-laki. Dalam hal ini Yahweh perintah poligami, sehingga nama saudara yang meninggal itu dapat tetap hidup (Ulangan 25: 5-10). Dalam bahasa Inggris, ini disebut “pernikahan Imamat,” sementara dalam bahasa Ibrani disebut Yibbum (“yee-boom”).
Sementara poligami bukanlah yang diingini Yahweh, secara historis dianggap dapat diterima, dan digunakan sebagai mekanisme dukungan sosial bagi para janda (karena Torah tidak menyediakan Jaminan Sosial). Namun, tidak dapat ditekankan bahwa poligami tidak boleh digunakan sebagai sarana “meningkatkan kepuasan perkawinan,” atau mencari pengaliran seksual. Hal ini tidak pernah yang Yahweh inginkan, dan hanya diperbolehkan dalam situasi tertentu yang terbatas.
Karena kepemimpinan berfungsi sebagai contoh untuk jemaah Yahweh, sebab yang Yahweh inginkan adalah bahwa hanya satu pria, satu wanita untuk seumur hidup,” sebagai pemimpin seharusnya tidak lebih dari satu istri, kecuali mereka menemukan diri mereka dalam situasi Yibbum (yang jarang). Pemimpin yang sengaja mengambil istri kedua sesudah menjadi percaya (dan untuk alasan lain selain Yibbum) harus mundur dari kepemimpinan (1 Timotius 3).
Kondisi kontrak perkawinan juga penting. Ketika seorang pria dan seorang wanita masuk dalam yang salah satu pihak percaya akan menjadi pernikahan monogami, maka kedua belah pihak terikat untuk menjaga pernikahan monogami. Hanya jika kedua belah pihak sepakat untuk pernikahan poligami pada saat pernikahan mereka (atau kemudian, dengan persetujuan bersama) itu wajar seperti berlangsungnya pernikahan “plural”. Namun bahkan kemudian, sementara suami mungkin memiliki lebih dari satu istri, istri mungkin tidak pernah memiliki lebih dari satu suami. sebagaimana yang dijelaskan dalam, pelajaran “Hati Yahweh dalam Pernikahan,” ketika seorang wanita menikah lagi, itu tidak dapat ditarik kembali penceraiannya sebelum kontrak perkawinannya, dan sekali dia menikah lagi, dia mungkin tidak pernah kembali dan menikah kembali dengan orang yang sama. Dia hanya bisa menikah dengan orang yang sama jika dia belum menikah orang lain sejak perceraiannya. Nazarene Yisra’el berpendapat bahwa pernikahan terjadi ketika kedua belah pihak mengambil sumpah pernikahan kepada Yahweh, dan kemudian mewujudkan pernikahan dengan kesatuan fisik (hanya sekali), terlepas apakah atau tidak anak-anak yang dihasilkan. Jika tidak ada sumpah, tidak ada pernikahan; namun jika ada sumpah, ada pernikahan, bahkan jika tidak pernah ada secarik kertas.
Sejak Yahweh bergerak secara internasional, kita harus berhati-hati untuk memiliki kesadaran budaya yang berbeda. Jika seorang pria di negara dimana poligami itu sah dan yang ganti kepercayaannya dan dia sudah memiliki banyak istri, keputusan Nazarene Yisra’el bahwa ia dapat melayani dalam posisi kepemimpinan asalkan dia tidak menganjurkan poligami bagi orang lain dalam kepemimpinan, atau menganjurkan poligami sebagai yang diingini oleh Yahweh. (“Biarlah masing-masing tetap dalam panggilan di mana dia terpanggil.”) Namun, jika ia mulai menganjurkan poligami bagi orang lain dalam kepemimpinan, atau jika dia menganjurkan poligami sebagai keinginan Yahweh, dia harus mengundurkan diri dari kepemimpinan.
Poligami adalah topik yang sulit di masyarakat Barat, karena prasangka-prasangka budaya yang kuat. Dalam banyak masyarakat Barat seorang pria dapat memiliki anak-anak dengan beberapa wanita yang berbeda tanpa menikah salah satu dari mereka. Namun, jika dia kemudian bertobat dan menikah perempuan ini, ia bisa masuk penjara, meskipun hal ini tidak akan bertentangan dengan Kitab Suci. Sebaliknya, jika dia memiliki sederetan pernikahan monogami dia tidak akan masuk ke penjara, walaupun hal ini dianggap orang sundal di dalam Kitab Suci.
Nazarene Israel percaya itu adalah penting bagi pria untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka, dan hidup sampai janji mereka di hadapan Yahweh. Jika seorang pria dalam kondisi ini harus diselamatkan, itu akan lebih jujur untuk mempertimbangkan semua wanita sebagai istri-istrinya yang “sah”, sekalipun jika ia hanya bisa membuat salah satu dari mereka sebagai istrinya yang “legal”, dengan memberikan secarik kertas. Seorang pria yang bertobat seperti ini bisa berfungsi dalam posisi kepemimpinan, asalkan dia tidak menganjurkan orang lain dalam kepemimpinan mengambil lebih dari satu istri, dan selama dia tidak mengajarkan poligami sebagaimana keinginan Yahweh. Selama dia mengajarkan hal yang benar, pepatah yang tepat bicara, “Biarlah masing-masing tetap dalam panggilan di mana dia disebut.”
Nazarene Israel tidak dapat “mendukung” poligami, karena tidak yang diinginkan Yahweh. Namun, karena tugas kita adalah untuk menyediakan perlindungan bagi semua anak-anak Yahweh, dan karena beberapa anak-anak Yahweh akan mempraktekannya, Nazarene Yisra’el diletakkan dalam posisi untuk memaafkannya(kecuali untuk kepemimpinan). Artinya, sekalipun itu akan diterima berat di Amerika, jika Ya’aqob (Israel) atau Raja Dawid masih hidup hari ini, kita tidak akan menempatkan mereka dan istri-istri mereka di luar perkemahan. Namun, pada saat yang sama, kita juga tidak bisa mendukung pelanggaran hukum salah satu negara di mana kita berada. Ini berarti bahwa hanya satu wanita pada suatu waktu dapat memiliki surat nikah yang “legal” secara hukum (semua perlindungan hukum dan garansi yang bersamanya itu). Dalam situasi yang kita mengizinkan seorang pria untuk mengambil lebih dari satu istri sah, jika istrinya tidak setuju seperti “plural” perkawinan pada saat pernikahan mereka (atau lambat, dengan persetujuan bersama). (Untuk pembahasan lebih rinci, silakan lihat di bagian “Poligami, selir, dan kerajaan,” dan “Penahan nafsu, Pembujangan, dan Nasar,” yang sebagai bagian dari Hubungan Relasi.)
Nazarene Israel menganggap “istri pertama” menjadi istri dengan hak-hak hukum dan perkawinan penuh. Dia tidak boleh diabaikan dengan cara apapun (baik secara fisik maupun emosional) apabila dia mengambil lagi “istri kedua” (dan mengabaikan dia yang dianggap cabul, karena melanggar ketentuan pernikahannya). seorang “selir” adalah istri dengan hak-hak hukum yang terbatas, seperti yang disepakati pada saat pernikahan mereka. Yang modern “perjanjian pranikah” adalah contoh dari hal ini. Dia/wanita itu telah membatasi jalur hukum di pengadilan dalam hal terjadi sengketa hukum, tetapi sebaliknya “istri sah.” Tidak ada istri yang pernah bisa “berbenturan” dengan peran selir, dan tidak ada istri atau selir harus disingkirkan (bercerai) kecuali dia sedang berzinah (yaitu, yang melakukan perzinahan). Sebagaimana dijelaskan dalam “Hati Yahweh di Pernikahan,” Yahweh menganggap perceraian sebagai kondisi ketatatertiban sementara bagi wanita yang berperilaku dengan cara yang tidak bermoral seksual, dan itu seharusnya hanya berlangsung selama mereka sedang berzinah. Begitu dia berhenti berperilaku amoral, contohnya sebagaimana Yahweh akan membawanya kembali. Hal ini terlihat dalam contoh bagaimana Yahweh memperlakukan Ephraim, dan bagaimana Hosea memperlakukan istri pelacurnya Gomer. Hanya jika istri mengambil sumpah lain yang sumpah asli perkawinannya amat berat, dan mantan suaminya dibebaskan dari sumpahnya. Namun jika wanita tidak mengambil sumpah perkawinan lain, dia tidak pernah bisa kembali ke mantan suaminya, seperti yang akan mengotori negeri. (Ulangan 24: 1-4).
Sebagaimana dijelaskan dalam “Hati Yahweh dalam Pernikahan,” jika seorang pria menyuruh istrinya pergi keluar bilamana dia tidak pernah berzinah, yaitu percabulan di mata Yahweh, dan dia (laki) mungkin tidak mengikuti persekutuan Nazarene Israel sampai setelah ia bertobat, dan mulai memperlakukannya seperti istrinya kembali. (Hal yang sama juga berlaku untuk selir.)
Sementara kita tidak ingin menimbulkan kekecewaan, atau terlibat dalam kontroversi, Kitab Suci hanya karena memberikan persetujuan kesatuan kembali antara seorang pria dan seorang wanita (dan secara baiknya, hanya satu pria dan hanya satu wanita). Karena kita percaya Kitab Suci, kita tidak bisa mengenali atau melakukan jenis lain dari pernikahan. Tolong jangan mengambil ini sebagai hal yang sulit, dan jangan mencari alasan untuk membuat keributan..
Hal ini adalah hal yang sangat peka, dan selama kita berada dalam pembuangan [ketersebaran] mereka harus ditangani dengan sangat bijaksana, agar tidak membawa kesaksian yang buruk untuk Nama Yahweh.
Mereka yang melakukan tindakan asusila seksual tidak dapat mengikuti persekutuan Nazarene Israel sampai setelah mereka telah bertobat dari tindakan mereka, dan telah membereskan semuanya yangmana bisa untuk mengembalikan hubungan baik dengan semua pihak yang terkena dampak. Tidak masuk akal untuk mengatakan “Shalom” kepada siapa pun ketika seseorang tidak melakukan apa yang bisa untuk hidup dalam hubungan yang benar.
C. Binatang yang Tercekik.
Nazarene Israel melakukan hal ini pada nilai nominalnya, dengan pengertian bahwa daging haram juga dilarang (sebagaimana daging haram bahkan tidak dianggap sebagai makanan dalam pemikiran Ibrani).
Ada kontra-perdebatan, yang bahwa ketika para rasul melarang makanan binatang yang “dicekik”, mereka menetapkan aturan kerabian tentang makanan “Kosher” (bersih) sebagai standar. Hal ini didasarkan pada Talmud Traktat Chullin 18a, yang memberitahukan kita bahwa jika hewan tidak kehabisan darah sesuai dengan peraturan kerabian makanan “Kosher” berarti mematikan tata cara, maka “seolah-olah makanan tersebut (daging) itu telah dicekik.” Nazarene Israel menolak pandangan ini , seperti yang benar menurut dalam Torah sebagai makanan permainan yang diburu, disediakan satu berdarah hewan pertama (misalnya, Kejadian 25:28, Kejadian 27: 3, dll). Hal ini sangat tidak mungkin para rasul akan menetapkan standar yang berbeda dari yang Yahweh berikan di dalam Torah, seperti akan menetapkan “Torah Lain” (yang mereka tidak akan melakukan). Namun sekalipun para rasul secara hipotesis/perkiraan tidak akan membangun “Torah Lain” (Elohim melarang), tidak sesuai hukum pengikat, karena kata-kata manusia tidak pernah dapat menggantikan atau bertentangan Torah Yahweh.
[Sementara Torah memerintahkan penetapan dan pelaksanaan otoritas sementara hanya dengan perkataan Nazarene Israel menerima sebagai sesuatu yang “terinspirasi” adalah Perkataan Bapa Yahweh, Putra Yeshua, dan / atau Perkataan Yahweh yang datang melalui mulut salah satu dari nabi-Nya (sewaktu dia sedang bernubuat).]
Nazarene Israel menganggap larangan terhadap makanan daging yang dicekik harus persis apa yang tertulis: larangan makan daging dari hewan yang telah dicekik. Sebagian ada yang memperkirakan bahwa ini adalah ritual pagan pada abad pertama (mirip dengan merebus anak kambing dalam susu induknya). Hal ini juga harus disebutkan bahwa hukum daging haram dan tidak haram Imamat 11 juga akan berlaku, karena mereka juga dalam Torah Yahweh.
makanan daging yang terlarang lainnya akan menjadi sesuatu yang menyebabkan perubahan yang alamiah, seperti hewan yang telah meninggal karena sebab alamiah, hewan yang telah mati karena sakit, hewan yang telah robek oleh binatang (misalnya, Keluaran 22:31), tergiling di jalan, dan Jerman Bloodwurst (sosis darah).
Nazarene Israel tidak percaya bahwa “Kosher” penunjukan akurat menggambarkan standar Kitab Suci. Daging yang bersih untuk konsumsi manusia tercantum dalam Imamat 11. Nazarene Israel mendukung (tapi tidak memerlukan) makanan organik dan non-GMO, sebagai sesuatu yang lebih benar untuk jenis “makanan bersih” Yahweh ingin kita untuk mengisi bait suci rohani kita dengan.
D. Darah.
Nazarene Israel percaya bahwa ini adalah suatu larangan menentang makanan atau meminum darah, dan / atau produk yang dibuat dengan darah (seperti Jerman Bloodwurst (sosis darah).
Ada argumen alternatif, yang adalah bahwa para rasul mendirikan peraturan kerabian “Hukum Niddah” (atau “Hukum Kemurnian Keluarga”) sebagai syarat untuk memasuki persekutuan-persekutuan. Nazarene Israel menolak hal ini, undang-undang ini didasarkan pada hukum kemurnian upacara Imamat 15, yang hanya berlaku untuk bait suci (dan bukan untuk masuk ke persekutuan-persekutuan).
(Untuk informasi lebih lanjut, Silahkan dilihat dalam, “Tentang Kemurnian Upacara.”)
II. Definisi Teologis Tambahan
Hal yang sangat mudah jika kita hanya bisa mengatakan, “Mari kita ikuti keempat prasyarat di Kisah Para Rasul 15, dan biarlah Ruah haQodesh akan melakukan semua sisanya.” Namun, kenyataannya adalah bahwa orang-orang menafsirkan berbagai bagian yang berbeda. Kitab Suci memerintahkan kita untuk membangun kepemimpinan, dan kepemimpinan harus bekerja dari definisi umum agar menjadi konsisten, sehingga keadilan dapat dipelihara bagi seluruh rakyat. Itu sebabnya, selain menjelaskan arti dari keempat persyaratan untuk yang minimal Kisah 15, kami juga mendefinisikan makna dari Sepuluh Perintah (“Sepuluh Hal”), serta beberapa pokok halachah lainnya dimana ada pertanyaan di masa lalu. Tujuannya adalah hanya untuk menjernihkan kebingungan.
A. Sepuluh Perintah (Sepuluh Hal)
1. Pujilah Hanya Kepada יהוה [YHWH]
Shemoth (Keluaran) 20: 1-17
1 Dan Elohim mengatakan semua Perkataan-Perkataan ini, mengatakan,
2 “AKU adalah יהוה Elohim-mu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mitsrayim [Mesir], keluar dari rumah perbudakan.
3 “Kamu jangan memiliki sesembahan-sesembahan lain dihadapan-KU.
Bagi yang baru mulai, janganlah menyembah siapapun kecuali Yahweh, dan hancurkanlah semua barang asing/berhala-berhala sebagai sesembahan. Janganlah melakukan hari-hari libur perayaan-perayaan tetapi hanya hari perayaan untuk Yahweh yang harus kita pelihara.
Sebagai sorang gembala, harus dengan lembut mengajari orang untuk menghindari dikonversi/penukaran perayaan-perayaan berhala, seperti Natal, Easter/Minggu-Paskah dan ibadah Minggu, serta hari Ibadah Satanic, seperti ulang tahun. Dengan lembut dan bijaksana mengajarkan orang untuk tidak menampilkan gambar atau benda apapun yang tidak diperintahkan atau yang tidak perlu (seperti Salib, Bintang Daud, “Menorah-ikan”, ‘Hamsa’ tangan, dan lain-lain). Juga sebagai gembala bisa dengan lembut mengajarkan pentingnya menjaga fokus kita hanya kepada dan untuk Yahweh, bukan obyek Penciptaan itu.
2. Jangan ada Penyembahan Berhala
4 Janganlah kamu membuat bagi dirimu sendiri patung pahatan, atau yang menyerupai apapun yang berada di atas shamayim [langit], atau yang menyerupai apapun yang berada di bawah bumi atau yang menyerupai apapun yang berada di dalam air dibumi ini.
5 Janganlah kamu menyembah sujud kepadanya maupun melayaninya, Karena AKU, adalah יהוה Elohim-mu, adalah EL [Sesembahan] yang cemburu, yang membalas kejahatan para leluhur dengan anak-anak pada generasi ke-tiga dan ke-empat dari mereka yang membenci AKU,
6 tetapi tunjukanlah kebaikan kepada beribu-ribu orang, kepada mereka yang mengasihi AKU dan yang memegang Perintah-Perintah KU.
Jika ada orang yang terang-terangan ada di dalam penyembahan berhala (seperti menyembah patung Buddha atau patung-patung seseorang, atau mempercayai Alquran atau Talmud sebagai doktrin / kanonika), buatlah suatu janji pertemuan yang dilakukan secara pribadi, dan dibahas dengan kasih dan bijaksana. Jika orang-orang tersebut menyadari bahwa tindakannya bertentangan dengan Sepuluh Perintah YHWH, tetapi ia terus melakukannya, maka sebagai gembala harus memintanya dengan sopan tapi tegas untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan keanggotaannya. Dalam kasus-kasus di mana sang pujaan maupun penyembahan objek yang dengan tidak terang-terangan baik Satanic, wiccan atau berhala (seperti lilin pencahayaan untuk patung-patung, Mary lilin, tampilan salib di rumah sendiri, bintang Daud, Kabala-Hamsa tangan, gambar atau patung dari Yeshua, atau Miriam, menorah-ikan, dll), sebagai pemimpin harus penuh kasih untuk mencoba pengajaran pertama. Jika pengajarannya tidak efektif, masalah ini jangan dianggap alasan untuk tidak boleh menjadi anggota selama orang itu tidak mencoba untuk membawa orang lain menuruti sudut pandangnya.
Penyembahan berhala-berhala dan gambar/patung dalam bentuk apapun tidak diperbolehkan bagi para guru maupun pemimpin, karena dapat memberikan kesan dan pandangan yang salah kepada umat-Nya. Jika Nazarene Israel menyadari adanya seorang pemimpin atau pengajar yang mempromosikan idola penyembahan, harus diadakan rapat khusus untuk membahasnya..
3. Jangan Menyebut Nama-Nya dalam Kesia-sian (Jangan Nama-Nya Disalahgunakan)
7 “Kamu jangan membawa Nama יהוה Elohim-mu menjadi sia-sia, karena יהוה tidak akan membiarkan orang yang tidak dihukum karena membawa Nama-Nya menjadi sia-sia.
Kata “sia-sia”/”kebohongan”/”sembarangan” adalah kata dalam Strong Ibrani PL 723, “shav.” Kata ini menunjukkan yang artinya bukan hanya menyalahgunakan atau menyebut sia-sia Nama YHWH, tetapi mempunyai arti lain yaitu ”janganlah membiarkannya jatuh ke dalam hal yang tidak digunakan”. Berarti, YHWH juga memberitahukan kita bahwa IA menginginkan kita untuk membawa dan memuliakan Nama-Nya, dan ini berarti bukan hanya dalam pengucapan, tetapi juga bagaimana caranya kita untuk memperlakukannya. Dalam bahasa Ibrani, konsep “nama” seseorang itu juga mencakup konsep “reputasi, ketenaran, atau dikenal.” berarti hal ini adalah sangat penting bahwa kita memberikan dan membawa Yahweh yang baik “Nama” dengan tindakan kita, dan juga pembahasan bagaimana mengucapkan Nama-Nya dan bukan hanya asal lakukan.
Dan yang berkata, Kitab Suci menunjukkan bahwa Yahweh ingin kita untuk mengucapkan Nama-Nya (dan bahwa Dia akan sedih saat kita tidak menginginkan). Setelah kita tahu Nama Ibrani-Nya, kita harus menggunakannya, sama seperti kita ingin seseorang untuk memanggil kita dengan nama kita yang sebenarnya setelah mereka tahu nama kita yang sebenarnya. Hal ini sering menjadi soal yang diperdebatkan, karena vokal bahasa Ibrani tidak ada tertulis sampai pada Abad Pertengahan, dan tidak ada yang bisa membuktikan dengan pasti bagaimana Namanya harus diucapkan. Oleh karena itu, marilah kita sepakat kepada yang tidak setuju didalam kasih (dan tanpa merasa tidak menyenangkan, sebab hal itu akan tidak menyenangkan Roh-Nya).
Nazarene Israel mendorong para pemimpin untuk menggunakan Nama-Nya dalam bahasa aslinya yaitu Ibrani yang mereka merasa paling yakin (apakah Yahweh, Yahuweh, Yahuwah, Yehovah, dsb), dan dengan penuh kasih mendorong orang lain juga untuk menggunakan bahasa/bentuk Ibrani (bahasa asli) yang mereka merasa juga cocok [pas]. Namun, hal ini bukan juga membuat masalah bagi jemaat. Hanya menetapkan contoh yang baik, dan membiarkan Ruah haQodesh yang memimpin orang-orang ke dalam penggunaan bentuk-bentuk Ibrani dengan langkah mereka sendiri, sebagaimana Roh memimpin mereka. (Poin yang perlu diingat adalah bahwa kita bukan Roh-Nya, jadi kita harus membiarkan Roh-Nya yang memimpin umat-Nya sesuai langkah-Nya.Beri orang lain respek dengan cara tersebut)
Nazarene Israel menolak tradisi para rabbi untuk mengganti judul seperti “Adonai” dan “HaShem” untuk Nama-Nya. Pada zaman kuno, orang-orang YHWH menyebut Nama-Nya dalam ucapan sehari-hari dan berkat (misalnya, Bilangan 6:24, Ruth 2: 4), dan kita diberitahu bahwa Nama-Nya menjadi peringatan bagi semua generasi (misalnya, Keluaran 3:15 ). Jelas bahwa para leluhur meminta Nama Yahweh, dan Yahweh mengatakan kepada kita bahwa DIA menginginkan kita untuk memuliakan Nama-Nya kepada bangsa-bangsa. Secara praktis, hal ini berarti kita tidak perlu untuk menyingkirkan Nama-Nya, melainkan hanya bertindak sebagai teladan, agar orang-orang tersebut tertarik kepada keyakinannya, dengan cara kita mengasihi dan melayani orang lain.
Sama pentingnya untuk pengucapannya yang benar, banyak orang telah terhisap dengan dibawanya mereka dalam hubungannya ke Elohim dengan memanggil Nama-Nya versi Helenis/budaya Yunani (misalnya, G-d, L-rd, dan J-sus). Sementara kita percaya bahwa konsepsi Helenis/budaya Yunani dari “J-sus” sangat berbeda dari konsepsi Ibrani dalam mentaati Torah Yeshua, kenyataannya masih tetap bahwa kebanyakan orang datang mengadakan hubungan dengan Elohim sepanjang waktu, yang mana mereka tetap memanggil nama Helenis/dari Yunani. Ada yang berkata, Kebijaksanaan Nazarene Israel ini bahwa kita perlu membebaskan orang untuk mengembangkan dengan langkah cepat mereka. Dalam hal ini tidak pernah ada “tekanan” pada jemaah. Biarkanlah Roh-Nya yang membawa orang untuk meyakinkannya. Semua pemimpin jemaah perlu lakukan hal ini demi kebaikan dengan memberi contoh kasih.
4. Buatlah Hari Shabbath, Hari yang Khusus (Qodesh)
8 “Ingatlah hari Shabbath, untuk menguduskannya (Qodesh).”
9 “Enam hari kamu bekerja, dan melakukan semua pekerjaan-mu,
10 tetapi hari ketujuh adalah Shabbath יהוה Elohim-mu. Kamu jangan melakukan pekerjaan apapun – kamu, atau anak-mu laki-laki atau anak-mu perempuan, atau pelayan-mu laki-laki atau pelayan-mu perempuan atau ternak-mu atau orang asing yang ada di dalam gerbang-mu.
11 “Sebab dalam enam hari יהוה membuat shamayim [langit] dan bumi, laut dan semua yang ada di dalamnya, dan beristirahat pada hari yang ketujuh. Oleh karena itu יהוה memberkati hari Shabbath dan mengkuduskannya itu. “
Nazarene Israel mengajarkan hari ketujuh itu Shabbath, yang berlangsung dari sore/petang akhir hari yang ke enam dalam minggu itu (Jum-at petang) sampai petang akhir hari ke tujuh (Sabtu petang). Meskipun Nazarene Israel bukan untuk menghakimi mereka yang mempertahankan yang disebut “Lunar Shabbath”, kita tidak mampu mengakomodasikan kalender mereka, karena mereka bertemu pada hari yang berbeda.
Imamat 23: 3 menyebut hari Shabbath adalah sebagai “pertemuan kudus” (yaitu, “pertemuan yang khusus”). Dalam bahasa Ibrani, kata ini adalah “MIQRA” (ארָקְמִ). Akar dari kata tersebut ‘’kara’’ (ארק), yang berarti “untuk memanggil“, dan mengacu pada pertemuan umum. Ini ditambah awalan mem (מ), yang mengindikasikan “berkumpul,” memberikan gambaran dari bangsa itu secara terbuka berkumpul bersama-sama pada hari-Nya. Kami sangat mendorong semua orang untuk bersekutu dengan orang lain pada Shabbath, karena DIA mengizinkan.
Menjadi seorang Israel adalah tentang melayani DIA bersama sebagai suatu bangsa [jemaah], dan itu membutuhkan pembangunan hubungan relasi. Pada akhirnya, kerajaan-Nya tidak lain adalah kumpulan dari banyak hubungan individu, dan idealnya hubungan-hubungan itu harus sebagus dan semaksimal mungkin. Untuk alasan ini, kepemimpinan harus menawarkan atau menghadiri pertemuan di daerah mereka sendiri, dan mendorong orang lain untuk hadir.
5. Hormatilah Ayah dan Ibu-mu
12 “Hormatilah ayah-mu dan ibu-mu, sehingga hari-harimu diperpanjang di tanah yang יהוה Elohim-mu berikan kepada kamu.
Banyak dari kita yang diberkati dengan orang tua yang berperilaku terhormat, dan banyak juga dari kita tidak mendapatkannya. Namun, cara yang lain, ini adalah salah satu dari perintah-perintah yang “ditulis dalam batu.” Bahkan jika orang tua kita tidak berperilaku terhormat, kita masih diminta keharusannya untuk menghormati mereka, sebagaimana kita bisa. Namun, ada banyak cara-cara yang berbeda untuk melakukan hal ini, dan kita harus menerapkan kebijaksanaan ketika menafsirkan aturan ini. Sebagai contoh, Jonathan menghormati ayahnya Raja Sha’ul, dan bahkan sampai mati tetap setia kepadanya (1 Samuel 31). Meskipun demikian, Jonathan memihak Dawid ketika ia tahu ayahnya berada dalam posisi yang salah (misalnya, 1 Samuel 19-20). Michal juga berbohong kepada ayahnya untuk menyelamatkan kehidupan Dawid, ketika ia tahu Dawid tidak bersalah (1 Samuel 19:17). Demikian pula, Yeshua menghormati ayah dan ibunya, tetapi Dia juga tahu bahwa jika keluarga biologis-Nya bertentangan, atau gagal untuk terlibat dalam pekerjaan YHWH, maka Kesetiaannya lebih besar diperlukan untuk berbaring dengan mereka yang hendak melakukan pekerjaan YHWH (misalnya, Lukas 18: 19-21). Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa sementara kita harus menghormati ayah dan ibu kita, jika keluarga biologis kita bukan bagian dari keluarga spiritual YHWH, maka prioritas kita perlu untuk pergi ke keluarga rohani kita.
6. Janganlah Membunuh
13 ‘’Janganlah kamu membunuh’’.
Ada banyak kali bahwa Yisra’el diperintahkan untuk membunuh, namun Kitab Suci melarang membunuh tanpa sebab (yaitu, pembunuhan). Jika jemaah yang melakukan pembunuhan (Yahweh melarang) dan tidak sungguh-sungguh bertobat, dia harus “diletakkan di luar perkemahan.” Namun, jika dia sungguh-sungguh bertobat (yang melibatkan membuat pemulihan karena dia mampu), dia tidak harus dihapus dari jemaat. Namun, dia tidak harus memegang peran kepemimpinan lagi sampai saatnya pertobatannya nyata telah terbukti, dan ada transparansi secara penuh dalam hidup-nya dan dalam kesaksian-nya. Biasanya ini akan membutuhkan waktu bertahun-tahun.
7. Janganlah Berzinah
14 ‘’Janganlah kamu melakukan perzinahan’’.
Perzinahan didefinisikan sebagai hubungan seks di luar nikah sementara orang itu telah menikah. Hal ini berbeda dengan percabulan, yang merupakan hubungan seks di luar nikah Ketika seseorang belum menikah. Percabulan tidak membawa hukuman mati dalam Torah, sedangkan perzinahan membawa hukuman mati, karena perzinahan yang terlibat melanggar sumpah perjanjian, dan Yahweh menganggap perjanjian sumpah menjadi sesuatu hal yang sangat sakral. Baik perzinahan atau percabulan tidak ada tempat untuk berjemaah di Nazarene Yisra’el.
Semua tindakan perselingkuhan atau perzinahan harus diam-diam tapi tegas ditangani oleh pimpinan, dengan mengikuti proses di Matius 18. Orang menolak untuk bertobat dari perzinahannya harus diam-diam diminta untuk membuat keputusan mengenai keanggotaan mereka di Nazarene Israel. Orang berzinah tidak memegang posisi kepemimpinan sampai jelas bahwa pertobatannya telah nyata terbukti, dan ada transparansi secara penuh dalam hidup mereka dan dalam kesaksian mereka. Biasanya ini akan waktu bertahun-tahun.
8. Janganlah Mencuri
15 ‘’Janganlah kamu mencuri.’’
Mereka yang mencuri harus diletakkan di luar jemaah. Ini termasuk apa yang menurut standar dunia pelanggaran “kecil” , karena dia yang tidak setia di dalam hal yang kecil juga tidak setia dalam hal yang besar. Ini juga termasuk pencurian dari pemerintah, melalui penghindaran pajak atau penyelewengan pajak. Jika seseorang mencuri dan tulus bertobat, dia harus dibiarkan kembali ke dalam jemaah. Namun, dia tidak harus memegang peran kepemimpinan sampai setelah dia tulus dan benar-benar bertobat, dan ada transparansi secara penuh dalam hidupnya dan kesaksiannya.
9. Janganlah Membuat Kesaksian Dusta Terhadap Sesama kamu
16 ‘’Janganlah kamu membuat kesaksian dusta terhadap sesama kamu.’’
Ini lebih dari sederhana “Jangan bohong,” dan perlu kebijaksanaan untuk menerapkan dalam penafsiran ayat ini. YHWH membenci lidah yang berdusta (Kitab Amsal Sulaiman 6:17), dan secara umum, YHWH tidak mendukung kebohongan. Namun, contoh-contoh “kebohongan yang benar” yang terdapat di Kitab Suci. Sebagai contoh, Dawid pura-pura gila untuk menyelamatkan hidupnya sendiri (1Samuel 21:14). Michal berbohong kepada ayahnya Raja Sha’ul untuk menyelamatkan kehidupan Dawid ketika dia tahu bahwa Dawid tidak bersalah (1Samuel 19:17). Ya’aqob (Yisra’el) menipu ayahnya Yitzhak atas permohonan ibunya Rebecca (Kejadian 27:13). Para bidan yang harus berbohong di Mesir, untuk menyelamatkan anak-anak laki-laki yang telah dilahirkan. Apakah hal ini menunjukkan adalah bahwa hal itu dibenarkan untuk berbohong karena demi menyelamatkan kehidupan seseorang, atau untuk membuat suatu hal yang benar terjadi. Namun, cara kebohongan tersebut adalah pengecualian, karena bukan suatu aturan; tetapi untuk kebohongan apapun harus dipertanggung jawabkan, sebab dia harus mempunyai tujuan dalam DIA.
Loyalitas keluarga tidak pernah menjadi alasan untuk melakukan ketidakadilan di hadapan YHWH, dan tidak ada pernyataan yang tidak benar pernah harus dilakukan jika itu akan menghambat atau menghalangi keadilan YHWH dari yang dilakukan. Untuk mengatakan meskipun kebohongan kecil bagi keuntungan pribadi adalah dosa besar, karena melakukan apa pun untuk alasan egois menunjukkan sikap egois (mementingkan diri sendiri). Itu adalah setan.
Jika seseorang harus ketahuan berbohong dan seharusnya sungguh-sungguh bertobat, dia harus diizinkan kembali ke dalam jemaah. Namun, dia tidak harus memegang peran kepemimpinan sampai dia tulus dan benar-benar bertobat, dan ada transparansi penuh dalam kehidupan dan kesaksiannya mulai saat itu dan seterusnya..
Secara teknis apa yang dilarang dalam perintah ke 9 adalah memberikan kesaksian dusta tentang sesama kamu (yaitu, menentang bangsa Israel lainnya) di pengadilan. Ini bukan secara teknis mencegah memberikan kesaksian palsu terhadap musuh-musuh Israel di dalam pengadilan hukum. Hal ini seringkali dianggap sebagai perintah untuk tidak berbohong, dan karena ketulusan pada umumnya merupakan hal yang baik, Hal ini adalah salah penafsiran yang telah terjebak.
10. Janganlah Mengingini
17 “Janganlah kamu mengingini rumah sesama-mu, jangan juga kamu mengingini istri sesama-mu, atau pelayan-nya laki-laki, atau pelayan-nya perempuan, atau lembu-nya, atau keledai-nya, atau apa pun yang dimiliki tetangga-mu.”
Guna berjalannya perintah ini dengan benar, kita harus mengingat bahwa YHWH Elohim adalah sepenuhnya bertanggung jawab atas semua hal, dan bahwa DIA memberikan kepada kita apa yang DIA menghendaki kita memiliki pada saat tertentu pada waktunya. Itulah yang terjadi, kita selalu memiliki apa pun yang DIA inginkan kita memiliki; dan jika kita menginginkan sesuatu yang kita tidak punya, itu adalah semacam “tamparan di wajah” bagi TUHAN, karena hal ini menunjukkan kita ingin sesuatu yang lebih dari apa yang Yahweh telah berikan kepada kita. Jika kita menginginkan sesuatu, semua yang perlu kita lakukan adalah mendatangi Yahweh dan bertanya: itulah sebabnya mengapa mengingini adalah dosa seperti itu, bahwa itu secara efektif menyangkal sepenuhnya dari kekuatan sejatinya YHWH. Hal ini juga mengambil mata kita dari Yahweh, dan keinginan untuk mengambil sesuatu yang milik saudara kita.
B. Masalah Lainnya
Di luar dari ke-empat persyaratan-persyaratan pemula dari Kisah Para Rasul 15 dan Sepuluh Perintah, ada beberapa masalah lain yang sering muncul, sehingga tampaknya bermanfaat untuk menjelaskan posisi kita pada mereka. Jika ada masalah lain yang yang harus dimasukkan, silahkan menulis kepada kami, servants@nazareneisrael.org.
1. יהוה ( YHWH )
Kita percaya bahwa YHWH adalah Pencipta langit dan bumi, laut dan segala yang ada di dalamnya. DIA kekal sebelum ada DIA sudah ada. Ini adalah tugas kita hanya untuk memuji DIA, melayani DIA, dan mematuhi Perintah-Perintah-Nya. DIA memerintahkan agar kita menyembah hanya dan untuk DIA satu-satunya (Keluaran 20: 1-2). DIA juga mengatakan kepada kita untuk jangan menyembah DIA dengan cara yang salah yaitu disamakan dengan sesembahan lainnya (‘g-ds’). Karena ini adalah “masalah keselamatan,” dan kita jangan terlibat untuk menahbiskan guru yang tidak setuju dengan doktrin ini.
2. ישוע (Yeshua, Yahshua, Yahushua, Yehoshua )
Kita percaya bahwa Yshua adalah Putera Elohim yang Hidup, lahir dari perawan Miriam dan Ruach HaQodesh (Roh Kudus), secara paradoks DIA sebagai manusia dan Ilahi [Tuhan]. DIA adalah manifestasi dari Elohim. Rincian lebih lanjut dapat ditemukan dalam penelitian, “Yeshua: adalah Manifestasi Elohim” Kita dapat mengizinkan anggota jemaat masuk ke persekutuan sekalipun mereka belum yakin tentang ketuhanan Yeshua, tapi jangan kita mentahbiskan guru [pengajar] yang tidak setuju bahwa Yeshua adalah Putra Elohim yang Hidup.
3. Keselamatan Hanya Berkat (Anugrah) Melalui Iman, Bukan Perbuatan.
Keselamatan terjadi hanya sebagai hasil kebaikan yang tanpa pamrih dari Yahweh (kasih karunia). Saat kita percaya pada-Nya, DIA memberikan kita kebaikan-Nya (kasih karunia) -dan kebaikan hati-Nya yang menghasilkan keselamatan. Padahal meskipun iman kita bukan berasal dari kita sendiri, karena DIA mengasihi kita, dan memilih kita terlebih dahulu sedangkan kita masih berdosa, supaya jangan ada orang yang menyombongkan diri (Efesus 2: 8-9, Roma 5: 8). Kita tidak ada melakukan sesuatu apapun untuk menerima keselamatan kekal, kita hanya dapat melakukan pekerjaan yang untuk menyenangkan DIA, karena pertama kali DIA yang telah memilih kita. Hal ini mirip seperti setiap orangtua mencintai anak-anaknya, dan menyenangkan ketika anak-anaknya melakukan apa yang dia tanyakan. DIA dapat melihat bahwa anak-anak-Nya mencintai-Nya, karena kepatuhan mereka.
4. Canon/Peraturan/Ukuran
Kita hanya menerima dan menyetujui 24 kitab-kitab Ibrani Tanach (“Perjanjian Lama”) dan 42 kitab Perjanjian Baru sebagai peraturan kita. Kita tidak menerima Talmud, Kabala, Apocrypha, Injil Gnostik, Kitab Orang Jujur, atau Kitab Henokh sebagai peraturan.
5. Inspirasi
Nazarene Israel umumnya percaya pada sumber inspirasi Semitik (yang berhubungan dengan bangsa) dari Brit Chadasha (Perjanjian Baru), dengan terjemahan awal ke dalam bahasa Yunani. Nazarene Israel menolak doktrin Katolik bahwa semua kata-kata Kitab Suci adalah “terinspirasi yang sama.” Sebaliknya, seperti yang dijelaskan dalam “Tentang Inspirasi dan Kitab Suci,” hanya kata-kata Elohim (Yahweh, Yeshua dan kata-kata para nabi saat mereka sedang bernubuat) yang mengilhami. Semua kata-kata lainnya Kitab Suci adalah penting, tetapi kata-kata manusia tidak pernah dapat menggantikan atau bersaing dengan kata-kata Elohim. Dengan kata lain, kata-kata para rasul tidak pernah “sama” dengan kata-kata Yahweh, dan mereka tidak dapat pernah digunakan untuk “menjelaskan lebih jauh” perkataan Elohim itu. Perkataan Elohim selalu paling tinggi, dan perkataan manusia adalah hanya membantu sejauh mereka menjelaskan atau mengklarifikasi Perkataan Elohim.
6. Penyunatan
Acuan penelitian Nazarene Israel, sunat fisik adalah salah satu dari setidaknya tiga tanda yang kekal dari Perjanjian (dua lainnya adalah Shabbath dan Paskah). Sunat fisik tidak diwajibkan untuk menghadiri persekutuan, tapi sunat fisik diperlukan guna bagi para pria untuk mengambil bagian dari Paskah (Keluaran 12:48). Sunat idealnya dilakukan pada hari kedelapan dari setiap anak laki-laki, tetapi jika sunat itu dilakukan dalam beberapa hari yang lalu, atau jika tanggal yang tepat dari sunat fisik tidak diketahui, “pengulangan-sunat” tidak perlu diulang kembali. Hal ini juga tidak perlu membuang seluruh kulup, tapi hanya untuk disunat “dalam kulup.” Untuk lebih jelasnya, silakan lihat penelitian kami di Halaman Sunat.
7. Kalender/Tanggalan
Nazarene Israel mengajarkan Kalender Torah (yaitu, Aviv Barley dan Bulan Sabit-Tanggalan Bulan Baru). Rabbi Kalender tidak dianjurkan, karena bahkan para rabbi setuju bahwa itu bukan kalender perintah Kitab Suci. Pemimpin di Nazarene Israel harus mengajar dan menjaga Kalender Torah, tetapi anggota jemaahnya tidak perlu merasakan adanya tekanan yang berkaitan dengan masalah tanggalan/kalender. (Tanpa penghakiman apapun, Nazarene Israel tidak mampu membantu mereka yang mematuhi apa yang disebut “Lunar Shabbath” Kalender, karena mereka bertemu pada hari yang berbeda.)
8. Pernikahan dan Percereian
Tradisi kesatuan keluarga dari dua pribadi sebagai orangtua adalah suatu batu dasar bangunan dari semua kesuksesan bermasyarakat, dan Nazarene Israel percaya bahwa mayoritas dari Nazarene Israel akan dipanggil untuk menikah dan membesarkan keluarga. Kitab Suci menunjukkan kepada kita bahwa pernikahan adalah perjanjian darah, dan pelanggaran perjanjian darah dikenakan hukuman mati di Torah (misalnya Imamat 20:10). Setelah suami dan istri mengambil sumpah di hadapan YHWH dan bergabung bersama dalam kesatuan khusus dimana mereka menjadi satu daging (Kejadian 2:25), apakah itu tertulis atau tidak ada tertulis di kertas. Hal ini adalah aturan dasar bahwa seluruh diskusi perkawinan dan perceraian harus menentramkan, dan terarah.
Pada hakekatnya, orang-orang percaya yang dipenuhi Roh ingin menikah hanya dengan orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus, supaya tidak menjadi pasangan yang tidak seimbang (2 Korintus 6:14). Pada hakekatnya, kedua pasangan akan menempatkan YHWH yang pertama dalam hidup mereka sendiri, dan juga dalam pernikahan mereka; dan mereka akan membesarkan anak-anak mereka untuk percaya dan berjalan dengan cara yang sama (Amsal 22: 6). Dengan cara ini, setiap generasi idealnya harus lebih baik daripada yang sebelumnya. Namun, hal ini tidak selalu terjadi.
YHWH mengatakan kepada kita bahwa DIA membenci perceraian (Maleakhi 2:16). Yeshua mengatakan kepada kita juga bahwa apa yang YHWH telah persatukan bersama dalam pernikahan, seorang pria tidak seharusnya menceraikan (Matius 19: 6). Yeshua juga mengatakan kepada kita bahwa itu adalah perzinahan, oleh karena hal itu Nazarene Israel dalam perceraian yang lainnya; yang bahwa alasan perceraian diperbolehkan hanya dalam kasus perzinahan sekalipun hal itu suatu alternatif yang menyedihkan daripada harus dirajam dengan batu (Matius 1:19). Yeshua juga menetapkan bahwa jika seorang Nazarene yang percaya menempatkan istrinya dipisahkan/cerai kecuali karena percabulan, dia berbuat zinah (Matius 19: 8-12), dan bahwa siapa pun yang menikahi istri yang diceraikan karena perzinahan juga dia melakukan perzinahan. Teks itu tidak menunjukkan waktu lampau/masa lalu (“berbuat” perzinahan), namun sekarang (“melakukan” perzinahan), yang berarti hal itu meyebabkan kondisi yang salah dan itu tetap salah sampai ada perbaikan. Selanjutnya, hanya laki-laki memiliki wewenang untuk melakukan perceraian. Untuk lebih jelasnya, silakan lihat, “Hati Yahweh dalam Pernikahan.”
Sementara pornografi adalah dosa, pornografi tidak merupakan perzinahan fisik, dan oleh karena itu bukan merupakan alasan untuk bercerai. Jika seorang wanita memerhatikan suaminya melihat pornografi, dia pertama kali harus berbicara dengan dia tentang hal itu secara pribadi. Jika itu tidak berhasil dia kemudian harus menghubungi pimpinan untuk melakukan campur tangan dan konseling perkawinan.
Di dalam situasi pembuangan/ketersebaran, perceraian dapat ditetapkan jika ada kekerasan fisik atau penyia-nyiaan, tetapi kalau hanya masalah pornografi saja tidak dibenarkan hal perceraian. Sebaliknya, orang yang melihat pornografi perlu penginzafan bahwa dia tidak memamerkan/melakukannya perilaku khusus, dan ini menyatakan kondisi hati yang salah (yang perlu ada perbaikan).
9. Perpuluhan, Persembahan, Pengorbanan
Ada perbedaan antara persepuluhan di bawah perintah Keimamatan Lewi dan garis peraturan Melkisedek. Ketika kita hidup di tanah Yisrael dan ada penyucian/pembersihan perintah Keimamatan Lewi, maka sistem tiga persepuluhan adalah wajib. Namun, ketika kita hidup di dalam pembuangan/ketersebaran maka kita berada di bawah perintah garis Melkisedek, persepuluhan adalah hak khusus, dan YHWH ingin kita bersukacita melakukan semua yang kita bisa lakukan untuk membantu lebih lanjut pekerjaan-Nya, dengan segala cara yang tersedia. YHWH berjanji untuk mencurahkan berkat melimpah pada mereka yang rela memberikan kepada-Nya dan pekerjaan-Nya (Maleakhi 3: 8-9). Dalam konteks ini, kita juga harus menyinggung konsep “pelayanan,” yang berjalan di atas dan di luar persepuluhan. Pada hakekatnya adalah bahwa kita semua diberikan sumber daya tertentu dalam hidup, dan tujuannya adalah untuk “pelayanan” semua sumber daya kita sedemikian rupa untuk melakukan jumlah maksimum keseluruhan baik untuk kerajaan-Nya. Ini adalah keinginan yang jujur untuk memanfaatkan segala sesuatu yang YHWH berikan kepada kita demi melanjutkan kerajaan-Nya menujukan bahwa DIA mengasihi, dan sementara tidak ada “perintah” untuk memberikan perpuluhan kepada pekerjaan-Nya sementara berada di pembuangan/ketersebaran, jika kita tidak ada sukacita untuk memberikan, dalam membantu selanjutnya bagi kerajaan-Nya, maka ada sesuatu yang salah dalam hati kita.
YHWH mengasihi orang yang memberi dengan penuh sukacita, dan DIA mengasihi ketika umat-Nya yang ingin mengembalikan sesuatu kepada-Nya dengan sukarela, tidak dengan terpaksa atau karena terpaksa (yaitu, dipaksa). Ini jauh lebih dengan cara yang sama sebagai orang tua pun menyukainya ketika anak mereka ingin mengambil sepuluh persen waktunya untuk membantu sekitar rumahnya dari pada ketika seorang anak “dipaksa” untuk melakukan pekerjaan yang dia tidak ingin melakukan hal itu.
Ada beberapa spesifik untuk persepuluhan. Sebelum perintah keimamatan Lewi itu ditempatkan, umat YHWH memberikan perpuluhan kepada perintah garis Melkisedek (Kejadian 14:20, 28:22). Karena perintah garis Melkisedek tidak memerlukan Bait Suci berdiri tetapi perintah keimamatan Lewi diperlukan, perintah keimamatan Lewi terpaksa mengundurkan diri pada saat Roma menghancurkan Bait Suci. Pada masa kini perintah garis Melkisedek dibawa kembali ke dalam pelayanan (Ibrani 7: 11-12), dan akan masih digunakan sampai terjadinya/berlangsungnya Dikumpulkan-bersama, maka perintah keimamatan Lewi serta perintah garis Melkisedek telah digabung (Yesaya 66:21, Yehezkiel 44).
Setelah Dikumpulkannya-bersama, dimana pengaturan keimamatan Lewi yang kembali ditempatkan, kita akan kembali pada sistem “ketiga persepuluhan” (ditambah sedekah, ditambah persembahan). Namun, hanya ada satu persepuluhan (ditambah sedekah, ditambah persembahan) disebutkan berkaitan dengan perintah garis Melkisedek (Kejadian 14:20, Kejadian 28:22), dan sehingga itu semua Yahweh inginkan saat berada dalam pembuangan/ketersebaran tersebut. Seperti contoh dari anak kita yang bersemangat ingin membantu dalam rumah, Yahweh tidak ingin persepuluhan yang diwajibkan, tetapi hati yang rindu untuk mencintai Bapa kita, serta ingin “membantu dalam rumah-Nya.” Oleh karena itu, masing-masing memberikannya sebagaimana ia inginkan dalam hatinya, tidak dengan terpaksa atau dipaksa (2 Korintus 9: 7). YHWH juga bisa membuat kita berlimpah, kita harus mentaati hal ini bagi DIA.
Dengan cara, seperti memberikan persepuluhan, sedekah dan persembahan dengan sukarela dalam masa Ketersebaran/Pembuangan, ada juga yang harus tanpa “pamrih.” Setelah persepuluhan, sedekah, persembahan atau sumbangan yang diberikan, pemberi tidak berhak dalam bentuk apapun “pengontrolan” atau “mengatakan” dalam pelayanan. Jika pemberian itu dengan sukarela telah diberikan, maka hal itu adalah suatu pemberian hadiah dan karena itu seharusnya tidak perlu adanya pengontrolan.
Hal ini kadangkala berpikir bahwa karena persepuluhan keimamatan Lewi dalam Torah diterapkan pada hasil pertanian, hanya petani harus memberikan perpuluhan. Pendapat ini, bagaimanapun juga, menuduh bahwa Yahweh memperlakukan umat-Nya tidak merata, dengan menggunakan beban serta ukuran yang sama. Selanjutnya, hal itu mengabaikan fakta bahwa persepuluhan adalah penting bagi ibadah, sepertinya hal ini memberikan kesempatan kepada kita masing-masing menunjukkan kepada Yahweh berapa banyak yang telah kita berikan serta ingin melayani DIA.
Hal ini juga kadangkala berpikir bahwa karena kita dipanggil untuk menjadi bangsa yang terpilih, imamat yang rajani (1 Petrus 2: 9, dll), sehingga tidak ada lagi perintah garis Melkisedek maupun perintah keimamatan Lewi dalam memberikan perpuluhan. Pendapat ini mengajak kita untuk mengenyampingkan yang sudah tertulis di Kitab Suci, termasuk fakta bahwa Rasul Shaul juga meminta jemaah untuk membantunya tinggal dalam pekerjaan pelayanan full-time di hampir setiap surat yang ditulisnya.
Untuk pelajaran yang lebih lengkap tentang perpuluhan dari perintah garis Melkisedek serta dari perintah keimamatan Lewi dapat dilihat dalam pelajaran ”Pemerintah Torah”. Selama umat Nazarene Israel masih dalam pembuangan/ketersebaran tersebut, persepuluhan serta persembahan akan diperlakukan sebagai sukarela, bagi mereka yang ingin menerima kepenuhan berkat Yahweh.
10. Satu Tubuh (Tidak Ada Pemihakkan)
Kitab Suci jelas mengajarkan bahwa hanya ada satu tubuh Meshiah (1 Korintus 12), dan bahwa ada banyak pelayanan yang harus dapat bekerja bersama-sama menjadi satu (seperti pernah hanya ada satu bangsa tunggal Yisrael di padang gurun). Pemihakan dilarang oleh Kitab Suci.
11. Pelayanan Yang Terdiri Dari Lima Bagian
Kebersamaan Tubuh Meshiah adalah untuk dilayani dan dibangun sesuai dengan sistem pelayanan lima bagian. Ada lima bakat utama (atau jabatan), mereka dari rasul, nabi, penginjil, gembala, dan guru, hal ini penting untuk bekerja bersama-sama, sebagai bagian dari satu tubuh secara keseluruhan kesatuan. Rasul menetapkan hal-hal yang sesuai dengan rencana Yahweh, nabi mengucapkan kata-kata Yahweh, penginjil menjangkau orang lain, pendeta mengangkat umat dalam kasih serta dalam persekutuan, serta guru mengajar pada poin-poin yang penting. Kunci ini adalah pemahaman bahwa jaringan kerasulan serta kenabian seharusnya mengikat bangsa bersama-sama dengan cara yang sangat nyata. (Untuk lebih jelasnya, silakan lihat pelajaran “Pelayanan Lima Sisi”, sebagai bagian dari Pemerintah Torah.)
12. Perdagangan
Yeshua mengatakan kepada kita bahwa rumah YHWH tidak boleh dibuat sebuah rumah untuk perdagangan (Yohanes 2:16), serta YHWH mengatakan kepada kita juga bahwa Firman-Nya telah diberikan tanpa biaya (Yesaya 55: 1). Bagian-bagian ini memberitahukan kita bahwa Firman YHWH tidak boleh dijual untuk mendapatkan keuntungan. Dari sudut pandang tertentu, mendapatkan penghasilan sebagai karunia artinya bahwa tidak lagi menjadi milik YHWH, bagi orang yang menjualnya. Jika kita akan mempertimbangkan topik ini, kita dapat melihat bahwa dampak secara keseluruhan menerapkan prinsip perdagangan terhadap pelayanan yaitu dengan membagi tubuh itu menjadi kepemihakan, pelayanan yang terpisah (jamak). Ketika umatnya mengikuti salah satu pelayan atau lainnya, mereka tidak melihat alasan untuk bergabung bersama dalam satu organisasi kesatuan tunggal, dan dengan demikian kesatuan dalam tubuh digagalkan. Dengan cara ini perdagangan menyebabkan perpecahan di dalam tubuh. Metode yang ditentukan dalam Kitab Suci adalah sebagai umat/jemaah yang mendukung para pelayanan mereka, dan para pelayanan mereka untuk bertahan hidup dari persepuluhan, pemberian dan persembahan jemaahnya. Penjualan bukan hal yang sama, dan mereka memiliki pengaruh penyebaran.
13. Jabatan/Sebutan
Matius 23: 8, Yeshua mengatakan agar kita tidak boleh disebut sebagai “rabbi” atau “bapa.” Kita bisa menemukannya dari sekitar perkataan Yeshua, sebagai umat Nazarene Israel juga menolak penyebutan ini. Tak satu pun dari para rasul yang pernah mengambil sebagai titelnya/sebutannya, tetapi hanya dikenal dengan nama mereka, dan fungsi mereka dalam tubuh.
14. Peran Gender
Ada tiga jabatan klasik dalam Kitab Suci, yaitu raja, imam, dan nabi, sementara hakim adalah kombinasi khusus dari ketiganya. Meskipun Kitab Suci memberi kita contoh hakim perempuan (mis., Debora, Hakim 4), tetapi kami tidak memiliki contoh Kitab Suci tentang imam perempuan. Kami memang memiliki beberapa contoh guru wanita (mis., Priscilla, Kisah Para Rasul 18:26), tetapi ketika wanita melayani dalam kapasitas ini, dia harus selalu berada di bawah kepemimpinan dan pertanggungjawaban suami-nya, yang bertindak sebagai penanggungnya. Model peran wanita positif lainnya termasuk Miryam, saudara perempuan Harun (Shemot 15), Huldah (2 Raja-raja 22, 2 Tawarikh 34), dan Anna (Lukas 2), dan banyak lainnya. Kami mendorong para wanita kami untuk mengadopsi identitas Ibrani yang kuat.
15. Kekuasaan Kehakiman
Metode yang biasa dipakai kepemimpinan adalah teladan, namun ada kalanya perselisihan harus diselesaikan dalam kasih. Rasul memiliki kekuasaan kehakiman atas jemaah yang mereka layani. Selanjutnya, harus ada perintah antara para rasul, dengan pembantu terbesar dari semua kepemimpinan. Kunci dalam penyelesaian/proses pekerjaan ini untuk semua pihak harus mendengarkan pada Yahweh.
16. Pro-Semitism/Berpihak Pada Bangsa/Bahasa Semit
Umat Nazarene Israel merupakan sebuah perkumpulan yang pro-Semitic. Tujuan kami adalah untuk membawa orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi bersama-sama sebagai satu Meshias Yeshua. Komentar kebencian atau yang mencela terhadap setiap orang Yahudi, bani Ephraim atau orang Kristen pada umumnya tidak selalu ada yang membantu. Kadang-kadang orang percaya bahwa mereka melakukan hal yang baik dengan menyerang orang-orang Kristen atau Yahudi dimana kepercayaan mereka berasal dari Kitab Suci. Namun walaupun kita diperintahkan untuk berbicara tentang kebenaran, kita diperintahkan untuk berbicara kebenaran di dalam kasih. Oleh karena itu, sekalipun berbicara mengenai masalah doktrin, kita menganjurkan setiap orang untuk tetap berfokus positif, dan berbicara kebenaran di dalam kasih (dan tidak membenci). Hal ini memberikan kesaksian yang jauh lebih baik.
17. Kedudukan dan Status yang Sama
Menurut sejarah, banyak orang bukan Yahudi telah bergabung dengan bangsa Yisra’el. Semuanya itu adalah suatu kebutuhan untuk bergabung dengan bangsa ini untuk menerima Yeshua, dan menyerahkan diri kepada Roh-Nya, serta berjalan dalam pertobatan menuju Torah-Nya, sebagaimana Kitab Suci katakan. Bilamana seseorang melakukan hal ini, orang tersebut secara otomatis telah bergabung kepada bangsa tersebut (Yisra’el). Karena hanya ada satu Torah bagi orang yang bukan Yahudi/Yisra’el, maupun juga bagi kelahiran penduduk asli (Keluaran 12:49, Bilangan 15: 6, dll) orang yang terkenal/ternama yang juga tidak memilik keturunan Yisra’el, tetapi yang telah menggabungkan diri mereka kepada Bangsa Yisra’el, termasuk Rahab, Rut, Bathsheba, istri Raja Salomo putra Na’amah. Keempat wanita terkenal adalah bagian dari garis keturunan kerajaan, menunjukkan kepada kita bahwa orang yang bukan Yahudi selalu mampu mencangkokkan ke Bangsa Israel, dan menikmati status yang sama.
18. Respek Terhadap Pemerintah
Kita diminta untuk mematuhi pemerintah yang telah didirikan bagi kita (Roma 13: 1-8, 1 Petrus 2: 13-17, Titus 3: 1-8), sepanjang mereka tidak mengarah kepada kematian untuk Bani Yisra’el lainnya, atau mencegah kita untuk menyaksikan iman kita dalam Yeshua. Hal ini hanya bila orang pemerintahan meminta kita untuk siap bagi kematian orang Yisrael lainnya, juga bilamana mereka mengatakan kepada kita untuk tidak boleh menyaksikan iman kita dalam Yeshua maka kita tidak harus mematuhi mereka (Kisah Para Rasul 4: 19-20, Daniel 3:12, dll ). (Untuk lebih jelasnya, lihat pelajaran “Ketaatan kepada Pemerintah.”) Umat Nazarene/Nasrani Yisrael tidak mendukung atau memperbolehkan penghindaran pajak, atau kegiatan anti-pemerintah dalam bentuk apapun (Roma 13: 1-8, 1 Petrus 2: 13-17, Titus 3: 1-8).
19. Tzitzit/Jumbai
Kitab Suci memerintahkan kita untuk memakai jumbai (tzitzit) pada keempat sudut pakaian yang kita gunakan untuk menutupi diri kita sendiri, sehingga kita dapat memandang mereka, dan ingat untuk melakukan semua perintah Elohim (Ulangan 22:12, Bilangan 15:38). Menurut Torah, jumbai ini memiliki benang biru di dalamnya. Arkeologi dan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa digunakan biru mungkin indigo/nila alami. Umat Nazarene/Nasrani Yisrael tidak percaya bahwa siput laut adalah sumber pewarna biru yang ditentukan di dalam Kitab Suci, karena pewarna ini terlalu jarang ditemukan dalam jumlah yang diperlukan di tengah padang gurun Sinai. Namun, pewarna indigo yang sering diperdagangkan di daerah itu, pada waktu itu.
20. Pakaian
Imamat 19:19 dan Ulangan 22: 9-11 mengatakan kepada kita untuk tidak mencampur serat pakaian. Sementara ayat-ayat ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan berbagai macam cara, jelas bahwa konteks ayat-ayat ini umumnya terhadap pencampuran. Umat Nazarene/Nasrani Yisrael merekomendasikan agar orang memakai serat yang murni (yaitu, 100% linen, katun 100%, 100% wol, dll), tapi ini bukan “titik doktrin.”
21. Penutup Kepala Bagi Pria
Keluaran 39:28 mengatakan para imam Lewi yang memakai dua penutup kepala ketika mereka bertugas di Bait Suci (sebagai seragam): sorban dan “topi” di bawahnya. Namun, imam juga diperintahkan untuk meninggalkan pakaian imam mereka (termasuk penutup kepala) dalam Bait fisik ketika mereka tidak bertugas (Imamat 16:23). Umat Nazarene Israel (Nasarani) percaya bahwa bilamana printah garis Melkisedek dan perintah Lewi digabung dan Bait Suci tersebut dibangun, bahwa imam yang diperbaharui kemungkinan akan memakai dua penutup kepala juga. Namun, mereka mungkin akan juga meninggalkan pakaian imam mereka didalam bait-Nya. Di luar ini, sulit untuk menerapkan peran imam dengan cara pelayanan lima sisi, karena tidak semua orang adalah sebagai “imam”. Namun, Umat Nazarene Israel percaya bahwa 1 Korintus 11: 4 umumnya salah menerjemahkan. Dalam konteks, apa yang dikatakan dalam 1 Korintus 11: 4 bahwa pria tidak perlu menghias rambut mereka (seperti yang dilakukan perempuan). (Untuk lebih jelasnya, lihat “Penutup Kepala dalam Kitab Suci” dalam pelajaran-pelajaran Kitab Suci Nazaret, Volume 1.) Sejak peraturan-peraturan bagi Bait Suci tidak selalu diterapkan untuk persekutuan, tidak ada kesepakatan, apakah atau tidak ada persyaratan untuk kepemimpinan memakai penutup kepala dalam persekutuan. bagi umat Nazarene Israel menyarankan berdoalah, dan ikutilah suara-Nya, dan arahkanlah orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Kebijakan Nazarene Israel saat ini adalah kepemimpinan untuk melayani dengan dua penutup kepala dan tanpa alas kaki. Bertelanjang kaki membutuhkan kesadaran secara sadar ke tingkat yang berbeda. Kami lebih suka membuka sepatu di rumah Yahweh.
22. Penutup Kepala Bagi Wanita
Tidak ada “yang dikatakan Yahweh” memerintahkan bagi wanita untuk menutup kepala mereka. Penutup kepala wanita adalah suatu tradisi bangsa Ibrani, dengan wanita yang telah menikah harus menutupi kepala mereka (dan menyembunyikan kecantikan mereka) untuk menunjukkan bahwa mereka telah “diambil.” Wanita yang masih bisa “didapatkan” menampakkan rambut mereka (yaitu, kecantikan mereka) dilihatkan, untuk menunjukkannya terhadap para pria. Kustom Ibrani adalah bagi semua wanita untuk menutupi kepala mereka didalam persekutuan tersebut, agar tidak mengalihkan perhatian orang dari fokus terhadap Yahweh. Namun, satu-satunya instruksi yang “dikatakan Yahweh” kita ada berkaitannya dengan penutup kepala perempuan yang ditemukan dalam “Torah dari Suami yang Cemburu.” Kita dapat menyatakan dengan jelas bahwa jika seorang pria dan wanita masuk ke Bait Suci dalam penggenapan Torah ini, wanita harus memasuki Bait Suci dengan kepala tertutup, sehingga imam dapat menemukannya, sesuai dengan perintah Torah. Namun, di luar itu, kita tidak memiliki “demikian yang dikatakan.” (Untuk lebih jelasnya, lihat pada pelajaran “Penutup Kepala dalam Kitab Suci.”)
23. Ethnobotanic dan Imamat
Kejadian 1 memberi tahu kita bahwa Yahweh memberi kita semua tanaman yang mengandung benih di dalam dirinya untuk makanan (yang dalam bahasa Ibrani memasukkan konsep obat). Seperti yang kami jelaskan dalam “Etnobotani dan Anak-Anak Kita,” [pengetahuan tradisional dan adat masyarakat tentang tanaman dan keperluan medis] para imam [imamat] dapat menggunakan zat etnobotani dalam waktu penyembahan pribadi mereka yang tenang, jika Roh menuntun mereka untuk melakukannya, dan jika itu legal untuk melakukannya di tempat mereka tinggal (Roma 13). Kami percaya akan pentingnya mematuhi pemerintah tempat kami tinggal, kecuali ada alasan kuat untuk melakukan yang sebaliknya (biasanya memengaruhi kehidupan, anggota badan, kesehatan, atau properti). Untuk detail lebih lanjut, silakan lihat, “Etnobotani dan Anak-Anak Kita” dalam “Kesehatan dan Penyembuhan Spiritual”. Para imam bertanggung jawab atas semua aspek perilaku mereka selama jam tugas mereka (“dua topi dan bertelanjang kaki”).
24. Perkataan YHWH adalah Otoritas Akhir
Ini adalah tugas dari semua Bani/Umat Yisra’el untuk membaca dan mempelajari Perkataan Yahweh untuk diri mereka sendiri. Halachah Ini adalah dokumen yang terus berkembang. Jika sewaktu-waktu kita menjadi diyakinkan bahwa setiap point dapat diubah, untuk membuatnya lebih cenderung pada Firman, kita akan melakukannya. Yahweh Firman selalu lebih penting daripada perkataan/pendapat manusia.
Norman B. Willis
Apostle
Nazarene Israel